A. Sejarah Perang Salib

Penamaan perang salib terjadi jauh setelah terjadinya perang salib, adapun pada masa terjadinya perang tersebut menurut para sejarawan bahwa penamaan perang ini tergantung dari sudut pandang  pelaku dan maksud dari tujuan perang tersebut. jika dilihat dari segi pelaku, maka perang ini dinamakan perang antara pasukan timur dan pasukan barat, jika dilihat dari segi tujuan maka daerah Persia dari satu sisi dan Yumania, Rumania, dan Rum dari sisi lain maka perang tersebut lebih kepada perang perebutan tahta dan kekuasaan untuk menguasai dunia, adapun pada masa pertengahan sejarah maka barulah muncul penamaan perang salib karena dilihat dari sisi yang lebih khusus yang berperan dalam kejadian tersebut yaitu antara pasukin muslim melawan pasukan nasrani khusunya dari eropa. Dan pada masa modern ini maka penamaan kejadian ini lebih kepada penjajahan orang-orang barat kepada daerah-daerah timur yang khususnya didiami oleh sebagian besar penduduk muslim.    

Setelah melihat seluk beluk penamaan perang salib, maka dapat dipahami bahwa munculnya nama perang salib pada masa pertengahan sejarah peradaban.

1. Sebab Terjadinya Perang Salib

Segala sesuatu yang terjadi khususnya kejadian yang terjadi dalam dunia sejarah peradaban tentunya memiliki sebab sehingga hal tersebut terjadi, namun jika kita ingin melihat sebab terjadinya perang salib maka tentunya tidak bisa terlepas dari banyaknya pandangan para pakar sejarah dalam menanggapi sebab-sebab terjadinya perang salib, namun dalam hal ini penulis hanya akan mengambil garis besar sebab-sebab yang disepakati oleh sebahagian besar pakar sejarah tentang sebab-sebab terjadinya perang ini.

a. Umat Islam menghadapi perlawanan umat nasrani

Kebencian umat nasrani terhadapa umat islam muncul ketika daerah kekuasaan Roma Timur yang beribu kotakan kostantinopel yang didirikan oleh bangsa Roma, yang kemudian daerah-daerah ini mereka jadikan sebagai pusat keagamaan nasrani dan juga sebagai pusat politik. Namun ketika daerah ini di kikis seditt demi sedit oleh umat islam. beranjak dari kejadian tersebut maka kebencian dan rasa iri muncul di benak umat nasrani khusunya Negara-negara eropa atas kejadian tersebut, sehingga merekapun melakukan pembalasan atas kejadian tersebut dengan mengumandangkan perang terhadap umat islam.

b. Anggapan umat nasrani bahwa Baitul Muqaddas adalah tempat suci mereka 

Umat nasrani menganggap bahwa hanya kaum nasrani sajalah yang bisa dan pantas menempati daerah tersebut.

Pada mulanya kehidupan antara umat islam dan umat nasrani hidup rukun dan penuh dengan khidupan yang tolerant, hal ini terjadi ketika masa pemerintahan khalifah Harun Ar-Rasyid pada masa Khilafah Abbsiyah. Namun kerukunan antar agama tersebut hilang ketika khalifah Al-Hakim dari bani fatimiyah berkuasa, Al-Hakim yang terkenal keras terhadap agama lain, beliau memerintahkan untuk menghancurkan gereja-gereja dan merusak system kerukunan antar agama yang telah dirasakan oleh penduduk palestina pada masa itu. Sebab-sebab inilah yang memancing para pembesar nasrani khususnya dari barat untuk mengumandankan perang terhadap umat islam pada masa itu.

Adapun sebab-sebab lain menurut para pakar sejarah yang sempat penulis kutip dari beberapa literature sejarah menukilkan bahwa, pada saat Alp Arsenal melakukan ekspansi yang di sebut dengan peristiwa Manzikart, pada tahun 464 H (1071 M), tentara Alp Arsenal yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, perancis dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat islam, yang kemudian mencetuskan perang salib.

Kebencian itu bertambah setelah dinasti saljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan dinasti fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa saljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana. Peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka untuk memperoleh keleluasaan berziarah ke tanah suci Kristen, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang suci. Perang ini kemudian dikenal dengan nama perang salib.

2. Periode Perang Salib

Dalam pembahasan ini penulis akan mengisahkan kejadian perang salib yang dalam hal ini terjadi dalam 3 periode yaitu :

a. Perang salib I

Perang ini berawal pada musim sumi tahun 1095 M, sekitar 150.000 orang eropa, sebahagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju konstantinopel, kemudian ke palestina, tentara salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Disini mereka mendirikan kerajaan latin I dengan Baldawin sebagai raja, pada tahun yang sama, mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan latin II di timur, Bohemond dilantik menjadi rajanya, mereka juga berhasil menduduki  Bai Al-Maqdis (15 Juli 1099 M), dan mendirikan kerajaan latin III dengan rajanya Godfrey. Setelah penaklukan Bait Al-MAqdis itu, tentara salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M), dan kota Tyre (1124 M), di Tripoli mereka mendirikan kerajaan latin IV, rajanya adalah Raymond.

b. Perang Salib II

Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukan kembali Aleppo, Hamimmah, dan Edessa pada tahun 1144 M, namun ia wafat tahun 1146 M, tugasnya dilanjutkan oleh putranya, Nuruddin Zanki, Nuruddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.

Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan perang salib kedua, Paus Eugenius III, menyerukan perang suci yang disambut positif oeh raja prancis Louis VII dan raja jerman Condrad II, keduanya memimpin pasukan salib mereka dihambat oleh Nuruddin Zanki, mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya, Nuruddin wafat tahun 1174 M, pimpinan perang kemudian dipegang oleh Shalahuddin Al-Ayyubiyang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M, hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali yerusalem pada tahun 1187 M, dengan demikian kerajaan latin di Yerusalem yang berlansung selama 88 tahun berakhir.

Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul perasaan tentara salib, mereka pun menyusun rencana balasan, kali ini tentara salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, raja jerman Richard the Lion Hart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Perancis, pasukan ini bergerak pada tahun  1189 M, meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian di jadikan ibu kota kerajaan latin, akan tetapi mereka tidak berhasil memasuki palestina pada tanggal 2 November 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh Al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitil Maqdis tidak akan diganggu.

c. Perang Salib III

Tentara salib pada periode ini dipipin oleh raja Jerman, Frederick II, kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahuu sebelum ke Palestina, dengan harapan agar mereka bisa mendapat bantuan dari kaum nasrani Qibthi, hal itu terjadi pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat, raja mesir dari dinasti Ayyubiyah pada waktu itu, Al-Malik Al-Kamil, membuat perjanjian dengan Fredrick, isinya antara lain Fredrick bersedian melepaskan Dimyat, sementara Al-Malik Al-Kamil melepaskan Palestina, Fredrick menjamin keamanan kaum muslimin di Palestina, dan Fredrick tidak mengirim bantuan kepada umat Kristen di Syiria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat di rebut kembali oleh kaum muslimin pada tahun 1247 M, di masa pemerintahan Al-Malik Al-shalih, penguasa Mesir selanjutnya, ketika Mesir di kuasai oeh dinasri Mamalik (yang menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah), pemimpin perang di pegang oleh Baybars dan Qalawun, pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M.

B. Perang Salib Serta Pengaruhnya Terhadap Peradaban Islam

Demikianlah perang salib ini yang berkobar di Timur, Perang ini  tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat islam terusir dari sana, walaupun umat islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya, kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat islam menjadi lemah, dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah, banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.

Terlebih lagi pada thun 1683 M, kerajan islam Turki Usmani mengalami kekalahan besar setelah bertempur melawan kekuatan bala tentara Eropa di Wina, hal itu membuka mata barat bahwa kekuatan islam telah mundur jauh sekali, sejak itulah kerajaan-kerajaan islam mulai mendapat serangan-serangan besar dari barat.

Sejak kekalahn itu kerajaan usmani juga menyadari akan kemundurunnya dari kemajuan barat, maka di lakukanlah usaha-usaha pembaharuan dengan mengirim duta-duta kenegara-negara Eropa, terutama Prancis untuk mempellajari suasana kemajuan disana dari dekat. Usaha ini baru mengalami kemajuan setelah penghalang pembaharuan utama yaitu tentara Yenissari di bubarkan oleh sultan Mahmud II (1807-1839 M), dan pada tahun 1826 M, struktur kekuasaan di rombak, lembaga-lembaga pendidikan modern didirikan, buku-buku barat diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, siswa-siswa berbakat dikirim ke Eropa untuk belajar, dan sekolah-sekolah kemiliteran pun di didrikan dan bidang kemiliteran inilah yang mendapat perhatian lebih dari pemerintah.

Demikianlah klimaks dan pengaruh perang salib terhadap peradaban islam, walaupun pada hakekatnya bala tentara muslim berhasil mengusir pasukan salib dari tanah kekuasaan islam, namun kerugian yang dideritanya sangat terasa dari kalangan pemerintahan umat islam, namun pengaruh dari perang salib ini tidak berakhir sampai disini, bahkan di abad 19 dan 20 M ini, pasukan-pasukan Eropa kembali mengadakan ekspansi perebutan daerah kekuasaan islam, khususnya daerah Bitul Maqdis atau yang lebih dikenal sekarang dengan nama Palestina, berbagai strategi di gunakan oleh tentara salib (eropa) dalam merebut daerah-daerah tersebut, dengan dalih bahwa daerah-daerah yang di duduki oleh umat Islam adalah daerah/tanah yang di janjikan oleh Tuhan mereka, perjuangan bala tentara salib tidak sampai disitu bahkan sejak tahun 1990 M hingga tahun 2003 M, para tentara salib lebih memperluas ekpansi mereka hingga sampai Irak, hingga sampai sekarang mereka telah berhasil merebutnya, entah daerah mana lagi yang menjadi bidikan mereka dalam visi misi ekpansi tentara salib tersebut.

D. Hikmah Kejadian Perang Salib

Telah dijelaskan dalam pembahasan di atas bahwa ekspansi-ekspansi yang dilakukan oleh As-Salabiyun khususnya Negara Eropa di abad modern ini tidak terlepas dari latar belakang kekalahn mereka pada perang salib terutama pada periode II dan Periode III, karena pada periode tersebut, mereka betul-betul merasakan kekalahan yang amat menyakitkan. Sehingga mereka menyusun tatik dan politik yang sedemikian rupa di segala bidang, khususnya di bidang militer, politik dan ekonomi, karena dengan mengatur taktik secara sistematis itulah mereka yakin, mereka akan mampu menguasai dunia khususnya daerah-daerah yang mereka anggap sebagai tanah yang di janjikan oleh Tuhan mereka.

Pada awal kebangkitan Eropa, sampai mereka menyusun sebuah taktik dengan menembus lautan yang sebelunya hanya dipandang sebagai dinding yang membatasi gerak mereka, sehingga mereka melakukan berbagai penelitian tentang rahasi alam, sehingga mereka berusaha menaklukan lautan dan menjelajahi benua yang sebelumnya masih diliputi kegelapan, setelah Cristoper Colombus menemukan benua Amerika (1492 M), dan Vasco Da Gama menemukan jalan ke Timur melalui Tanjung Harapan (1498 M) benua Amerika dan kepulauan Hidia jatuh ketangan Eropa, dua Penemuan itu tak terkirakan nilainya, Eropa pun maju dalam dunia perdagangan karena tidak tergantung lagi pada jalur lama yang dikuasai umat islam.

Masih banyak lagi keberhasilan-keberhasilan yang telah di lakukan oleh bangsa Eropa setelah merasakan kekalahan besar dari perang salib, artinya dari kekalahan itu justru mereka lebih memperkuat diri dan memotivasi diri untuk lebih berkembang. Berbeda halnya dengan bangsa Timur Tengah khususnya umat islam yang selalu terlena dengan kemenangan yang akhirnya, hal itu di manfaatkan oleh para As-Salabiyun untuk mengalahkan mereka dari segala bidang. Hingga sekarang di abad 20-an ini sadar atau tidak, kita masih tetap berada dibawah rezim pemerintahan As-Salabiyun. Namun kendati hal itu terjadi di abad modern ini mulailah tumbuh kembali jiwa-jiwa panglima perang Laskar Jihad Salahuddin Al-Ayyubi (Saladien), maka lahirlah Ahmaed Najeed di Iran, Qaddafi di Libya, Hasan Nasrullah di Libanon, dan beberapa tokoh-tokoh pejuang islam yang memiliki semangat jihad dalam merebut kembali kekuasaan islam yang di rebut oleh bangsa Eropa(As-Salabiyun).

Namun sayang seribu sayang kekuatan itu tidak bisa teraplikasi dalam bentuk sebuah persatuan seperti halnya yang telah terjadi pada masa kemenagan pasukan Islam di perang salib, bahkan sebagian besar Negara-negara Timur Tengah malah lebih memilih untuk dijadikan budak oleh Negara-negara adidaya As-Salabiyun, sehingga kenyataan yang kita lihat sekarang dimana hak asasi manusia (HAM) yang di pelopori oleh Negara As-Sabiyun itu sendiri malah menghancurkan Negara-negara Islam yang ada di Timur Tengah, Afrika bahkan Asia Tenggara sebagai penduduk Muslim yang terbanyak.

Stelah panulis betul-betul melihat perkembangan yang diraih oleh bangsa As-Salabiyun tersebut, penulis hanya mampu mengatakan bahwa hikmah terjadinya perang salib lebih di rasakan oleh para As-Salabiyun ketimbang masyarakat Timur Tengah (umat Islam) itu sendiri, kita sebagai umat islam hanya terus bisa terlena dan bernostalgian dengan kemenangan yang di raih oleh lascar Jihad pada masa perang salib, padahal kemanagan yang kita raih pada masa itu tidak lebih hanya kemenangan fisik saja, namun pada hakekatnya kita terkalahkan oleh laskar As-Salabiyun dalam berbagai bidang penting yang lebih mendukung kepada pembentukan peradaban sejarah.

Namun dalam hal ini penulis masih tetap merasa optimis bahwa, keyakinan akan berputarnya sejarah bagaiakan roda, yang silih berganti, begitupun kekuasaan tidak selamanya dimiliki oleh para As-Salabiyun namun hal itu akan berganti dengan munculnya para laskar Jihad yang mampu mengembalikan kekuasaan islam, dalam hal ini penulis melihat bahwa ketika kendali kekuasaan di pegang oleh umat islam disana tercipta kedamaian dan ketentaraman seperti halnya ketika khilafah islamiyah masih menguasai kendali pemerintahan, di masa sekarang kendali itu di bawah naungan pemerintahan As-Salabiyun, namun apa yang terjadi?, yang ada, hanya pertikaian, pertempuran, pertumpahan darah, pelecehan terjadi di mana-mana, khusus di Negara-negara yang jumlah penduduknya di dominasi oleh Ummat Islam. Setelah islam berkuasa di spanyol selama kurang lebih tiga abad lamanya, As-Salabiyun yang baru berkuasa selama kurang lebih satu abad, penulis yakin hanya waktu yang bisa menjawab, kapan dan dimana peradaban islam akan segera kembali, yang jelasnya hal itu akan berulan seiring sejarah terus melaju bagaikan jarum jam yang akan kembali kepada posisi semula.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadi, Jamal, arikh Al-Ummatul Muslimah Munzu Aqdami ‘Ushuriha wa Hatta Qurni As-Saabi’ Qablal Hijrah fi Misri wal ‘Iraq, Cet. I, Al-Manshurah: Dar. Al-Wafa’; 1991 M
Mamduh Husein, Al-Hurubu As-Shalibiyah Wa Atsaruha Al-Hadari, Omman: Dar. ‘Ammar Lin Nasyar; 1998 M
Al-Mathawi, Muhammad Al-‘Aruusiy, Al-Hurubu Ash-Salibiyah fil Masyriq wal Maghrib, Cet.I, Kairo: Dar. Al-Gharbi : 1982 M
Tajuddin Abd. Rahman, Dirasat fi Al-Tarikh Al-Islami, (Kairo: Maktabah Al-Sunnah Al-Muhammadiyah, 1953 M
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, Cet. II, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 1994 M