Model Pembelajaran Aktif
Model Pembelajaran Aktif
Pembelajaran Aktif adalah pendekatan pembelajaran dengan metode dan media tertentu agar proses pembelajaran menjadi aktif. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Selain itu, model pembelajaran Aktif juga memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata disuapi guru. 

A. Pengertian Pembelajaran Aktif

Pembelajaran Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. 

Pengembang pembelajaran ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat di dalam proses belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Teori belajar konstruktivisme merupakan titik berangkat pembelajaran ini. Atas dasar itu pembelajaran ini secara sengaja dirancang agar mengaktifkan anak. 

Dapat dimengerti bahwa Pembelajaran Aktif adalah sebuah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan peserta didik belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya pembelajaran lebih menarik, dan efektif.

B. Landasan Model Pembelajaran Aktif

Pembelajaran sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari landasan dan mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pembelajaran merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat.

Beberapa landasan pembelajaran aktif adalah sebagai berikut:

1. Landasan Religius

a.  Al-Quran

al-Quran adalah kalam Allah yang menjadi sumber segala hukum dan menjadi pedoman pokok dalam kehidupan, termasuk membahas tentang pembelajaran. Dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang berhubungan dengan pembelajaran dan metode pembelajaran. Ayat pertama (lima ayat yang merupakan wahyu pertama) berbicara tentang keimanan dan pembelajaran, QS al-Alaq:1-5   
Terjemahnya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Kata (اقر ا)   Iqra terambil dari akar kata kerja (قرا) qara’a yang Pada mulanya berarti menghimpun. Apabila anda merangkai huruf atau kata kemudian anda mengucapkan rangkaian tersebut maka anda telah menghimpunnya yakni membacanya. Dengan demikian realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain. 

Awal surah diatas, Allah telah memperkenalkan diri sebagai yang Mahakuasa, Maha Mengetahui, dan Maha Pemurah. Pengetahuannya meliputi segala sesuatu. Dan pada ayat ke 4-5 diatas menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah swt. Dalam mengajar manusia. Pertama melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh manusia dan yang kedua melalui pengajaran secara langsung tanpa alat.

Lima ayat tersebut merupakan ayat pertama yang diterima  nabi muhammad SAW, yang diantaranya berbicara tentang perintah kepada semua manusia untuk selalu menelaah, membaca, belajar dan observasi ilmiah tentang penciptaan manusia dengan sendirinya.

b. Hadis

Hadist ini berbicara tentang metode pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran itu harus menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan keadaan orang yang akan belajar. Selain itu proses pembelajaran harus dibuat dengan mudah dan sekaligus menyenagkan agar siswa tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan terhadap suasana di kelas serta apa yang diajarkan oleh gurunya. 

Hal ini sesuai dengan sabda Rasullullah Saw yang diriwayatkan Bukhari dari Anas RA yaitu: 
يَسِّرُوْا وَلَاتُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلَاتُنَفِرُوْا   

Artinya:
“Mudahkanlah dan jangan kamu persulit. Gembirakanlah dan janganlah kamu membuat lari.”

2. Landasan Filosofis

Landasan Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pembelajaran, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pembelajaran itu? Mengapa pembelajaran itu diperlukan? Apa yang seharusnya menjadi tujuanya? Dan sebagainya. Landasan Filosofis merupakan landasan yang berdasarkan atau bersifat Filsafat (filsafat, filsafah). Terdapat kaitan yang erat antara pembelajaran dengan filsafat, karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pembelajaran berusaha mewujudkan citra tersebut. Hal ini sangatlah penting karena hasil pembelajaran tidak segera tampak sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus diyakinkan kebenaran dan ketepatanya meskipun hasilnya masih belum dapat dipastikan.

3. Landasan Sosiologis

Manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga terdapat pada makhluk hidup lainnya, yaitu hewan maupun tumbuhan. Meskipun demikian, pengelompokan manusia jauh lebih rumit dari pada pengelompokan hewan. Kehidupan sosial manusia tersebut dipelajari oleh filsafat, yang berusaha mencari hakikat masyarakat yang sebenarnya. Filsafat sosial sering membedakan antara manusia sebagai individu dan manusia sebagai masyarakat. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda mengembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan  sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan. 

Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang yaitu:
  • Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat.
  • Hubungan sosial di sekolah.
  • Pengaruh sekolah pada prilaku anggotanya.
Sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antar sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.

4.  Landasan Psikologis

Banyak faktor yang yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas serta kualitas hasil pembelajaran peserta didik. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah peserta didik yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
  • Tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa
  • Sikap siswa
  • Bakat siswa
  • Minat siswa
  • Motivasi siswa
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah diperolehnya perubahan tingkah laku individu. Perbuatan tersebut merupakan akibat dari perbuatan belajar. Ciri-ciri dari tingkah laku yang diperoleh dari hasil belajar adalah:
  • Terbentuknya tingkah laku baru berupa kemampuan aktual dan potensional.
  • Kemampuan baru tersebut berlaku dalam waktu yang relatif lama.
  • Kemampuan baru tersebut diperoleh melalui usaha.

C. Formasi Kelas Model Pembelajaran Aktif

Peserta didik atau siswa-siswi dalam suatu pembelajaran biasanya memiliki kemampuan beragam, ada yang memiliki tingkat kepandaian yang tinggi, sedang, bahkan ada yang kurang. Menurut pandangan psikologi pendidikan, sebenarnya tidak ada peserta didik yang pandai atau bodoh, yang lebih tepat adalah peserta didik dengan kemampuan lambat atau cepat dalam belajar. Dalam materi yang sama, bagi peserta didik satu memerlukan dua kali pertemuan untuk memahami isinya, namun bagi peserta didik lain perlu empat kali pertemuan dalam menyerapnya. 

Karena itu, pendidik perlu mengatur kapan peserta didik bekerja secara perseorangan, berpasangan, atau klasikal. Jika harus dibentuk kelompok, kapan peserta didik dikelompokkan berdasarkan kemampuannya sehingga ia dapat berkonsentrasi membantu peserta didik yang kurang, dan kapan peserta didik dikelompokkan secara campuran berbagai kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya.

Ada setidaknya 10 macam formasi kelas dalam kerangka mendukung implementasi pembelajaran aktif. Setting atau formasi kelas berikut ini tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen, namun hanya sebagai alternatif dalam penataan ruang kelas. Jika meubeler (meja atau kursi) yang ada diruang kelas dapat dengan mudah dipindah-pindah, maka sangat mungkin menggunakan beberapa formasi ini sesuai dengan situasi dan kondisi yang diinginkan pendidik. Adapun beberapa formasi kelas Model Pembelajaran Aktif tersebut adalah sebagai berikut:

1. Formasi huruf U

Formasi ini dapat berbagai tujuan. Para peserta didik melihat pendidik atau media visualnya dengan mudah dan mereka juga dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena pendidik dapat masuk kedalam huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi.

2. Formasi Corak Tim

Pendidik mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran diruang kelas agar memungkinkan peserta didik untuk melakukan interaksi tim. Pendidik dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab. Jika hal ini dilakukan, beberapa peserta didik harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru, papan tulis atau media lainnya.

3. Meja Konferensi

Formasi ini paling baik dilakukan jika meja berbentuk persegi panjang. Susunan ini dapat mengurangi peran penting peserta didik.

4. Formasi Lingkaran

Para peserta didik duduk pada sebuah lingkaran tanpa atau dengan meja kursi untuk melakukan interaksi berhadap-hadapan langsung.

5. Kelompok Untuk Kelompok

Susunan ini memungkinkan pendidik untuk melakukan diskusi atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi dari kreatifitas kelompok. Pendidik dapat meletakkan meja pertemuan ditengah-tengah, yang dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luarnya.

6. Tempat kerja 

Susunan ini tepatnya untuk lingkungan tipe laboratorium, dimana setiap peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas.

7. Pengelompokan Terpisah 

Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan pendidik dapat meletakkan meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Pendidik dapat menempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidk saling mengganggu. Tetapi hendaknya dihindari penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas, sehingga hubungan diantara peserta didik sulit dijaga.

8. Susunan Chevron

Sebuah susunan ruang kelas tradisional tidak memungkinkan untuk melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak peserta didik (30 atau lebih) dan hanya tersedia beberapa meja, barangkali pendidik perlu menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan V mengurangi jarak antara peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta didik lain dari pada baris lurus.

9. Kelas Tradisional

Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja-kursi, pendidik dapat mencoba mengelompokkan kursi dalam pasangan-pasangan yang menmungkinkan menggunakan teman belajar. Pendidik dapat mencoba membuat nomor genap dari barisbaris ruangan yang cukup diantara mereka semua.

10. Auditorium atau Aula

Formasi auditorium atau aula merupakan tawaran alternatif dalam menyusun ruangan kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif namun hal ini dapat dicoba untuk dilakukan pendidik guna mengurangi kebosanan peserta didik yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional.

D. Model-Model Pembelajaran Aktif

Beberapa model pembelajaran aktif yang bisa diterapakan di kelas untuk meningkatkan motivasi belajar siswa serta memudahkan mereka dalam memahami materi yang diajarkan. Berikut merupakan meodel pembelajaran aktif di kelas.

1.  Model Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung  banyak diilhami oleh teori belajar social yang juga sering disebut belajar melalui observasi. Dasar pembelajaran langsung ini yaitu adalah teori pemodelan tingkah laku oleh Arends. Selain itu juga tokoh John Dolard dan Neal Miller serta Albert Bandura yang mengatakan bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkahlaku orang lain.

Pemikiran mendasar dari model pembelajaran langsung yakni siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gurunya. Atas dasar pemikiran tersebut hal penting yang harus diingat dalam pembeljaran langsung adalah menghindari penyampaian pengetahuan yang terlalu kompleks.

Pada umumnya pengetahuan yang bersifat deklaratif dan prosedural akan lebih mudah dipahami siswa melalui pembelajaran langsung. Pengetahuan yang deklaratif maksudnya adalah pengetahuan tentang sesuatu. Sedangkan pengetahuan procedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.

2. Model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembeljaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

3.  Model pembelajaran ingkuiri/penemuan

Ingkuiri sebenarnya berasal dari kata to inguire yang berarti ikut serta, atau terlibat dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ingkuiri juga dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan.

4.  Model pembelajaran berbasis masalah  

Pembelajar berbasis masalah memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan mempasilitasi penyelidikan dan dialog.

Pemaparan diatas memberikan pemahaman bahwa ada berbagai bentuk dalam menerapkan paiken seperti Model Pembelajaran Langsung, Model pembelajaran kooperatif, Model pembelajaran ingkuiri/penemuan, dan Model pembelajaran berbasis masalah.

C. Contoh Model Pembelajaran Aktif

Berikut akan disajikan model dan strategi Pembelajaran Aktif sebagai alternatif yang digunakan pendidik untuk dapat mengaktifkan peserta didik, baik secara individu maupun kelompok. Pendidik diharapkan dapat melakukan pengembangan, modifikasi, improfisasi atau mencari strategi atau model lain yang dipandang lebih tepat. 

Berikut ini adalah beberapa contoh model Pembelajaran Aktif yang akan digunakan dalam pembelajaran adalah:

1. Every One Is Teacher Here (Setiap murid menjadi guru)

Tujuan dari implementasi model ini adalah membiasakan peserta didik untuk belajar aktif secara individu dan membudayakan sifat berani bertanya, tidak minder, dan tidak takut salah.

2. Writing In Here And Now (Menulis pengalaman secara langsung)

Menulis dapat membantu peserta didik merefleksikan pengalamanpengalaman yang telah mereka alami.

3. Reading Aloud (Strategi membaca dengan keras) 

Membaca sesuatu teks dengan keras dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan merangsang diskusi dalam kelas.

4. The Power Of Two And Four (Menggabung dua dan empat kekuatan)

Tujuan dari implementasi model ini adalah membiasakan belajar aktif secara individu dan kelompok (belajar bersama hasilnya lebih berkesan).

5. Information Search (Mencari informasi) 

Tujuan dari implementasi model ini adalah memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan suatu ilmu pengetahuan dengan proses mencari sendiri.

6. Point-Counter Point (Beradu pandangan sesuai perspektif)

Tujuan dari implementasi model ini adalah untuk melatih peserta didik agar mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan suatu masalah yang actual di masyarakat sesuai dengan posisi yang diperankan.

7. Reading Guide (Bacaan terbimbing) 

Tujuan dari implementasi model ini adalah membantu peserta didik lebih mudah dan terfokus dalam memahami sesuatu materi pokok.

8. Active Debate (Debat aktif) 

Tujuan dari implementasi model ini adalah untuk melatih peserta didik agar mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan sesuatu masalah yang kontroversial serta memiliki sifat demokratis dan slaing menghormati terhadap perbedaan pendapat.

9. Index Card Mact (Mencari jodoh kartu tanya jawab) 

Tujuan dari implementasi model ini adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok.

10. Jigsaw Learning (Belajar melalui tukar delegasi antar kelompok)

Tujuan implementasi model ini adalah untuk melatih peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan bertanggungjawab secara individu untuk membantu memahamkan tentang suatu materi pokok kepada teman sekelasnya.

11. Role Play (Bermain peran) 

Tujuan dari implementasi model ini adalah memberikan pengalaman kongkrit dari apa yang telah dipelajari. Mengilustrasikan prinsip-prinsip dari pembelajaran. Menumbuhkan kepekaan terhadap masalah-masalah hubungan sosial. Menyiapkan dan menyediakan dasar-dasar diskusi yang kongkrit. Menumbuhkan minat dan motifasi belajar peserta didik. Menyediakan sarana untuk mengekplorasiakan perasaan yang tersembunyi dibalik suatu keinginan.

12. Debat Berantai

Tujuan dari implementasi model ini adalah untuk menggali kemapuan peserta didik agar dapat memberikan argumentasi (reasoning) antara dua pendapat yang kontradiktif supaya tidak berfikir ekstrim dalam menyikapi suatu permasalahan.

13. Listening Team (Kelompok pendengar) 

Tujuan dari implementasi strategi ini adalah untuk melatih peserta didik agar terbiasa belajar kelompok secara harmonis untuk mencapai hasil belajar yang lebih efektif.

14. Team Quiz (Pertanyaan kelompok)

Tujuan dari implementasi model ini adalah dapat meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik tentang apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.

15. Small Goup Discussion (Diskusi kelompok kecil)

Tujuan dari implementasi model ini adalah: agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi sehari-hari.

16. Card Sort (Menyortir kartu)

Tujuan dari implementasi model ini adalah mengaktifkan setiap individu sekaligus kelompok (cooperative learning) dalam belajar.

17. Gallery Walk (Pameran berjalan) 

Tujuan dari implementasi model ini adalah membangun kerjasama kelompok (cooperative learning) dan saling memberi apresiasi dan koreksi dalam belajar.