Tartib al-Qur'an terdiri dari dua kata kosa kata, tartib dan al-Qur'an. Tartib dalam bahasa Arab terdiri dari huruf "ر-ت-ب" yang berarti sesuatu yang tetap atau tidak bergerak.

Pengertian Tartib al-Qur'an

Dalam terminologi, tartib adalah membangun hal-hal secara berurutan tanpa harus diganggu gugat. Sedangkan kata al-Qur'an yang akarnya terdiri dari huruf ق- ر- ى yang secara etimologis berarti mengumpulkan atau berkumpul. Karena itu, al-Qur'an diberi nama demikian karena di dalamnya terkumpul hukum, cerita dan sebagainya. Namun dalam terminologi, al-Qur'an adalah firman Tuhan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. sebagai bacaan ibadah.
Jadi, Tartib al-Qur'an adalah penentuan kata-kata Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. secara berurutan, kedua urutan itu terkait dengan ayat-ayat Alquran dan surah-surahnya.

Tartib al-Qur'an Pada Zaman Nabi

Seperti yang telah disebutkan, Alquran mencapai Utusan Allah. selama lebih dari 22 tahun proses pengurangan ayat sedikit demi sedikit, kadang satu ayat hingga 10 ayat dan terkadang satu surah seperti surah pendek. Selama waktu itu, Rasulullah. menjaga Quran dengan menghafal dan menulis. Dari peristiwa-peristiwa di atas, dapat dipahami bahwa Rasulullah adalah penghafal pertama Al-Qur'an dan menjadi contoh terbaik dalam menghafal Al-Qur'an.

Selain itu, pada masa Nabi. istilah kātib al-Qur'an telah dikenal yang diangkat secara langsung oleh Rasulullah. Di antara para sahabat Nabi yang dikenal sebagai kātib termasuk: Ali Ibn Abi Thalib, Mu'awiyah Ibn Abi Sufyan, Ubai Ibn Ka'ab, dan Zaid Ibn Sabit. Tulisan Alquran pada zaman Nabi dilaksanakan sesuai dengan jumlah ayat yang turun dan menempatkannya pada posisi yang diperintahkan oleh Nabi.

Oleh karena itu, hafalan, Alquran telah diatur secara berurutan dari awal hingga akhir dengan beberapa hafalan Alquran yang terkenal pada waktu itu seperti Ali Ibn Abi Thalib, Mu'az Ibn Jabal, Ubai Ibn Ka'ab, Zaid Ibn Sabit dan Abdullah Ibn Mas'ud seperti dalam hadits Nabi. Dan secara tertulis, Al-Qur'an juga telah mengatur ayat-ayatnya meskipun alat pembukuan berserakan pada benda-benda yang dapat ditulis. Perbedaan dalam urutan hanya dalam surat-surat Alquran.

Mengenai ungkapan Zaid Ibn Sabit "Utusan Allah telah mati, sedangkan Alquran belum dikumpulkan sama sekali" yang berarti ayat dan surah Alquran belum dikumpulkan secara tertib dalam satu Manuskrip.

Bentuk-Bentuk Tartib al-Qur'an 

Para ulama memberikan berbagai pendapat tentang persiapan Alquran. beberapa dari mereka mengatakan bahwa Tartib al-Qur'an semuanya tauqi dan bebas dari intervensi. Selain itu, Tartib al-Qur'an dapat berarti menulis Alquran secara berurutan, baik secara berurutan berdasarkan turun atau berurutan berdasarkan Naskah dan juga dapat berarti membaca Al Qur'an secara berurutan sesuai dengan yang tercantum dalam Mushaf atau berdasarkan hafalan masing-masing.

Berdasarkan penjelasan di atas, Tartib al-Qur'an dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Tartib al-tadwin

Perbedaan dalam penulisan Al-Qur'an di antara para sahabat Nabi menyebabkan perbedaan dalam persiapan naskah selama para sahabat. Secara garis besar, bentuk-bentuk komposisi Al-Qur'an dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Tartibal-nuzul

Yang dimaksud dengan tartibal-nuzul adalah kompilasi al-Qur'an dengan mengikuti urutan ayat atau surah yang turun atau berdasarkan tanggal turunnya Al-Qur'an. Kompilasi al-Qur'an adalah tartibal-nuzul bervariasi sesuai dengan pengetahuan masing-masing teman. Pengaturannya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:
  1. Tartib secara umum, yaitu mengklasifikasikan semua surat makkiyah sebelum surat madaniyah tanpa urutan berurutan.
  2. Tartib khususnya, yaitu mengurutkan surat-surat Al-Qur'an mulai dari pertama kali hingga yang terakhir

b. Tartib al-Mushaf

Sedangkan tartibal-Mushaf adalah kompilasi dari Al-Qur'an berdasarkan urutan yang diajarkan oleh Rasulullah. pengaturan dengan model ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
  1. Tartib Mushaf berdasarkan panjangnya surah al-Qur'an. Metode ini diadopsi oleh Ubai Ibn Ka'd dan Abdullah Ibn Mas'ud dalam Manuskripnya dengan mengutamakan al-Baqarah.
  2. Tartib Mushaf Abu Bakar adalah penulisan Alquran yang mengurutkan ayat-ayat tanpa mengurutkan surah.
  3. Tartib mushaf usman yaitu penulisan urutan surah berdasarkan apa yang tercantum dalam Naskah Ibn af Affan, yang dikenal sebagai rasm al-usman
Meskipun demikian, para sahabat Nabi setuju secara tertulis urutan ayat-ayat Alquran. perbedaan mereka hanya dalam pengaturan surah. Itu terjadi karena Nabi mengajarkan lokasi setiap ayat yang turun kepada teman-temannya melalui malaikat Jibril.

2. Tartib al-tilawah

Yang dimaksud dengan Tartib al-Qur'an adalah membaca adalah membaca Alquran secara berurutan, apakah itu kosa kata, kalimat, ayat atau surah. Dengan demikian, tartibal-tilawah dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Kalimat Tartibal

Kalimatnya yaitu membaca al-Qur'an sesuai dengan urutan kosakata dalam satu kalimat atau ayat Al-Qur'an. Para ulama sepakat untuk wajib membacanya secara berurutan, seperti tidak memprioritaskan لله dari الحمد dalam surah al-Fatihah.

b. Tartib al-ayat

Ayat-ayat tibibal yang sedang membaca Al-Qur'an menurut urutan ayat-ayat dalam satu surah. Menurut pendapat yang kuat, membaca ayat-ayat secara berurutan adalah wajib. Pendapat ini disetujui oleh dengan alasan bahwa Nabi dalam masa hidupnya membaca beberapa bab secara berurutan.

c. Tartib al-suwar

Tartibal-suwar membaca Al-Qur'an sesuai dengan urutan surah dalam Naskah Ottoman. Sementara hukum membaca surah secara berurutan tidak wajib, bahkan pembaca diperbolehkan memilih surah yang ingin dibaca sesuai dengan kemampuannya, karena Nabi sudah shalat malam dengan membaca surah al-Baqarah lalu surah al-Nisa 'lalu surah al-imran.

Kontroversi seputar kompilasi Ayat Alquran

Cendekiawan Islam, terutama cendekiawan dari berbagai interpretasi tentang tartibsuwar al-Qur'an, apakah urutan surah diajarkan langsung oleh Nabi. dikenal sebagai tauqifi atau urutan surah adalah ijtihad para sahabat. Beberapa ulama percaya bahwa tartibsuwar al-Qur'an adalah ijtihad teman-teman seperti yang dilakukan Malik Ibn Anas dan disetujui oleh Ibn Faris. Beberapa yang lain berpendapat bahwa tartibsuwar al-Qur'an adalah tauqifi dari Rasulullah. seperti Qadi Abu Bakar Ibn al-Anbari, Abu Ja'far Ibn al-Nuhas, al-Karmani. Sementara itu, beberapa dari mereka menafsirkannya dengan mengatakan bahwa ada surah yang terdiri dari tauqi dan beberapa adalah hasil dari ijtihad teman.

Perbedaannya bukan tanpa alasan atau argumen. Pendapat yang mengatakan bahwa tartibsuwar al-Qur'an adalah ijtihad para sahabat mendukung pendapatnya dengan beberapa proposisi:
  • Perbedaan dalam komposisi surah Al-Qur'an dalam mus haf teman-teman seperti Ali, Abdullah Ibn Mas'ud dan Usman Mushaf.
  • Perintah Usman meliputi al-Anfal dan al-Taubah dalam kelompok al-sab'u al-tiwal atau 7 surah panjang tanpa dipisahkan oleh basmalah.
Sedangkan argumen yang dikemukakan oleh para ulama yang mengatakan bahwa tartibsuwar al-Qur'an adalah tauqiat adalah:
  • Setiap tahun di bulan Ramadhan, malaikat Jibril mengajarkan Alquran kepada Nabi Muhammad, bahkan di akhir kehidupan Nabi. malaikat Jibril membaca Alquran dua kali sesuai dengan urutan Alquran di bidang al-mahfuz.
  • Semua sahabat Rasulullah. menyetujui komposisi Manuskrip yang ditulis pada masa Usman Ibn ‘Affan
  • Beberapa Sahabat Utusan Allah. telah menghafal Alquran pada zaman Nabi. masih hidup dan dibacakan di hadapan Rasulullah secara berurutan.
  • Misalkan al-Qur'an disusun berdasarkan ijtihad teman-teman, pasti bab-bab serupa akan diatur secara berurutan, tetapi kenyataannya tidak seperti طسم dalam surah al-Syu'ara ’dan طسم dalam surah al-Qasas.
Sementara para ulama yang mengambil jalan tengah dengan mengatakan bahwa tartibsuwar al-Qur'an adalah beberapa yang tahu taiqifiat dan beberapa terlihat berdasarkan beberapa argumen kuat adalah:
  • Ada beberapa hadis Nabi yang menunjukkan bahwa beberapa surah Al-Qur'an adalah tauqifiat sementara yang lain adalah ijtihat.
  • Usman Ibn Affan khawatir terkait penempatan surah al-Anfal dan Bara'ah
Kompilasi dan pemesanan surat-surat dalam Al Qur'an bukanlah sesuatu yang diwajibkan atau diminta oleh Allah. tetapi masalahnya kembali ke tujuan dan target yang ingin dicapai. Tujuan persiapan berdasarkan nuzul adalah mengetahui metode dasar atau prinsip dakwah, cara menyampaikan aqidah, cara memberi kabar baik dan ancaman, serta cara mengobati penyakit masyarakat. Sedangkan tujuan dari tartibal-mushaf adalah cara hidup, membangun peradaban, dan hukum dunia yang mencakup aspek besar dan kecil.

Oleh karena itu, setiap teman individu berhak untuk memiliki tartibsuwar al-Qur'an sesuai dengan keyakinan mereka, pengetahuan tentang Al-Qur'an dan tujuan yang ingin dicapai. Namun, menurut al-Zarkasyit tartibsuwar al-Qur'an yang paling sempurna adalah Naskah Utsman.