Dalam rangka ikhtiar memakmurkan bumi, manusia telah diberi modal dasar yang telah melekat pada diri manusia di awal penciptaannya yakni berupa akal dan pikiran. Maka dengan ada nya akal dan pikiran maka manusia dapat melakukan penelitian dan mencari pengetahuan bagaimana mengelola semua amanah yang di berikan Allah SWT. Memelihara di sini tidak hanya secara fisik saja. Tetapi segala yang ada di alam harus di pelihara karena manusia sejatinya bergantung pada alam atau mahluk lain. 
Termasuk juga dalam memelihara akidah dan akhlak manusia itu sendiri sebagai sumber daya manusia yang akan memanfaatkan alam, dan merupakan tugas manusia menciptakan keseimbangan alam ini. Karena dunia ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

A. Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Sebagaimana dalam firman-Nya QS.At-Tin ayat 4:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Manusia juga adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan makhluk-makhluknya yang lain, “ Kepada masing-masing baik golongan ini maupun golongan itu kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan tuhanmu tidak dapat dihalangi.” (Al-Isra: 20).

1. Proses Kejadian Manusia Pertama

Di dalam Al Qur’an, dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya : 
"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah : 7) "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr : 26)

2. Proses Kejadian Manusia Kedua

Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (istri). Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak...".
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan:
"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR. Bukhari-Muslim).

Ayat-ayat diatas mengandung makna bahwa untuk manusia Allah menjadikan pasangannya dari jenis yang sama sehingga dapat terjadi rasa ketertarikan antara yang satu dengan yang lainnya untuk berkembang biak.  Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tidak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.

3. Proses Kejadian Manusia Ketiga

Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dijelaskan secara terperinci melalui firman-Nya diatas, yaitu surat Al-Mu’minun ayat 12-14.
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik".
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda:
"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim). 
Al-Ghazali mengungkapkan proses penciptaan manusia dalam teori pembentukan (taswiyah) sebagai suatu proses yang timbul di dalam materi yang membuatnya cocok untuk menerima ruh. Materi itu merupakan sari pati tanah liat nabi Adam a.s. yang merupakan cikal bakal bagi keturunannya. Cikal bakal atau sel benih (nuthfah) ini yang semula adalah tanah liat setelah melewati berbagai proses akhirnya menjadi bentuk lain (khalq akhar) yaitu manusia dalam bentuk yang sempurna. Tanah liat berubah menjadi makanan (melalui tanaman dan hewan), makanan menjadi darah, kemudian menjadi sperma jantan dan indung telur. Kedua unsur ini bersatu dalam satu wadah yaitu rahim dengan transformasi panjang yang akhirnya menjadi tubuh harmonis (jibillah) yang cocok untuk menerima ruh. Sampai di sini prosesnya murni bersifat materi sebagai warisan dari leluhurnya. Kemudian setiap manusia menerima ruhnya langsung dari Allah disaat embrio sudah siap dan cocok menerimanya. Maka dari pertemuan antara ruh dan badan, terbentuklah makhluk baru manusia.

B. Pandangan Al-Qur'an Tentang Teori Evolusi Manusia

Teori ini dicetuskan oleh Charles Robert Darwin yang kemudian dikenal dengan teori evolusi. Dua inti pokok dari teori Darwin :
  1. Spesies yang hidup di masa sekarang berasal dari makhluk hidup yang berasal dari masa lampau. 
  2. Evolusi terjadi karena adanya proses seleksi alam. Seleksi alam adalah seleksi yang terjadi pada individu-individu yang hidup di alam, sehingga individu yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut akan terus hidup dan beranak pinak, sedangkan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan alam lingkungan sekitarnya akan musnah dan hilang dimakan waktu.
Berdasarkan penemuan fosil-fosil oleh para ilmuan berpendapat bahwa asal usul manusia sesuai dengan teori evolusi merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar (manusia kera berjalan tegak) selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna.Teori evolusi ini dipelopori oleh seorang ahli zoologi bernama Charles Robert Darwin. Dalam teorinya ia mengatakan:
“Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada kesempurnaan”.
Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga sampai kepada asal-usul manusia. Teori ini mempunyai kelemahan karena ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula. Seperti ganggang biru yang diperkirakan telah ada lebih dari satu milyar tahun namun hingga sekarang tetap sama. yang lebih jelas lagi adalah hewan sejenis biawak atau komodo yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini tetap ada. 

Bagaimana pandangan Al-Qur'an terhadap teori tersebut?

Jadi secara jujur dapat kita katakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan. Lain halnya dengan apa yang tertulis dalam kitab, khususnya Al-Qur’an. 

Dalam Al-Qur’an jika dipandukan dengan hasil penelitian ilmiah menemukan titik temu mengenai asal usul manusia ini. Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam waktu enam masa. hal ini sesuai dengan firman Allah :
“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah itu kepada Yang Maha Mengetahui.” (QS. Al Furqan (25) : 59) 
Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode menunjukan peubahan dan perkembangan yang bertahab menurut susunan organisme yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya masing-masing tidak bervolusi.

C. Tujuan Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur'an

Penciptaan manusia di muka bumi ini mempunyai misi yang jelas dan pasti. Ada tiga misi yang diemban manusia, yaitu:
  1. Untuk beribadah (QS. Adz-Dzariyat: 56)
  2. Sebagai khalifah ( QS. Al-Baqarah: 30)
  3. Memakmurkan bumi ( QS. Hud: 61).
Secara harfiah, kata khalifah berarti wakil atau pengganti, dengan demikian misi utama manusia di muka bumi ini adalah sebagai wakil Allah SWT. Jika Allah adalah sang pencipta seluruh jagat raya ini maka manusia sebagai khalifah-Nya berkewajiban untuk memakmurkan jagat raya itu, utamanya bumi dan seluruh isinya, serta menjaganya dari kerusakan. Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” ( QS. Adz-Zariyat: 56).
 Dan Juga Firman Allah SWT:
"Langit, bumi, dan seluruh isinya adalah suatu sistem yang bersatu di bawah naungan perintah Allah. Semua yang ada di dalam sistem ini diciptakan untuk kepentingan manusia, suatu anugerah yang selalu dibarengi dengan peringatan spiritual agar manusia tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain" (QS. Al-Baqarah: 22). 

Dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah menawarkan tugas kekhalifahan di bumi, dan gunung. Tugas utama menjadi khalifah tentunya terkait dengan penggalan akhir ayat di atas. Ketika itu, baik langit, bumi, maupun gunung menolak tawaran itu karena khawatir tidak mampu memikulnya. Namun, manusia menyatakan sanggup untuk memikul tugas dan amanah itu. Karena kesanggupan ini, Tuhan menetapkan manusia sebagai khalifah yang bertanggung jawab atas kelangsungan kehidupan di dunia. Namun alih-alih bersyukur, manusia malah menjadi makhluk yang paling banyak merusak keseimbangan alam. Manusia sengaja ataupun tidak merusak ekosistem bumi dengan merubah keseimbangan keteraturan alam ciptaan Allah ini, hingga murka alam seperti kebakaran hutan dan banjir pun tak terhindarkan. Peruntukan bumi bagi manusia mengandung arti bahwa bumi ini tidak hanya disediakan untuk satu generasi belaka, melainkan untuk semua generasi yang ada di bumi. 

Meskipun manusia sering berlaku tidak adil terhadap alam, tetapi Allah selalu membimbing manusia bertanggungjawab terhadap alam. Kecuali itu, Allah juga memberi wewenang manusia untuk mengatur bumi ini. Tuhan telah meninggikan derajat manusia diatas ciptaan-Nya yang lain. Manusia dianugerahi akal oleh Allah yang mana fungsinya yaitu untuk berfikir. Manusia sangat mempunyai istimewa dihadapan Allah. Dari pernyataan tersebut, maka manusialah mempunyai peranan penting dan bertanggung jawab tentang alam semesta ini. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi, mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(Al-Baqaroh: 30)
Jelaslah bahwa tujuan penciptaan manusia yang kedua adalah beribadah kepada Tuhan suatu bentuk perilaku yang tulus untuk menghormati ketuhanan. Dalam memuja Tuhan, manusia harus berusaha untuk hidup dalam harmoni dan keselarasan dalam semua ciptaan Tuhan yang secara alami juga melakukan penyembahan kepada-Nya. Fenomena pemujaan tentang Tuhan salah satu contohnya yaitu yang mana terdapat dalam QS. Al-Anbiya’ ayat 20:

يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ
“ Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.”
Semua bentuk pemujaan kepada Allah diadakan untuk membantu manusia dalam mengingat Tuhan. Tetapi banyak manusia yang diberi rezki dari Allah, tetapi mereka tidak bersyukur, justru malah melupakan-Nya.  Dalam Islam, setiap gerak manusia dapat dinilai sebagai bentuk penyembahan kepada Allah SWT.