Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad saw, tidak terlepas dari kepribadian beliau sebagai manusia pilihan. Dakwah Nabi Muhammad saw bisa berhasil dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti dakwah yang dilakukan secara bertahap kepada orang-orang terdekatnya.

A. Faktor-Faktor Dakwah Rasulullah Saw Ditolak di Mekkah

Setelah dakwah terang-terangan, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasulullah Muhammad Saw. Semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi, semakin keras tantangan dilancarkan kaum Quraisy.

Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong Orang Quraisy menentang Seruan Islam Itu. Yaitu sebagai berikut:
  1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Yang terakhir ini sangat mereka tidak inginkan.
  2. Nabi Muhammad Saw menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
  3. Para pemimping Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan diakhirat.
  4. Taklid kepada kebiasaan nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab.
  5. Pemahat dan penjual patung memandang islam sebagai pengahalang rezeki.
Kelima faktor-faktor diatas sangat besar pengaruhnya terhadapa penolakan kaum Quraisy terhadap dakwah atau ajaran yang dibawah Nabi Muhammad Saw yaitu Islam. Dimana ajaran yang dibawahnya sangat bertentang dengan kepercayaan yang dianut oleh kaum  Quraisy pada masa itu.

B. Faktor-faktor yang menyebabkan Dakwah Rasulullah Saw diterima di Madinah

Rencana-rencana jahat kafir Quraisy terhadap diri Nabi Muhammad dan kaum Muslimin diantaranya:
  1. Fitnah tentang Nabi Muhammad dituduh juru penerang yang memecah belah masyarakat
  2. Abu Jahal sangat memusuhi Nabi Muhammad sehingga dia ingin membunuhnya
  3. Kaum Muslimin yang di Makkah dikucilkan oleh masyarakat Makkah selama tiga tahun.
Melihat kenyataan seperti itu akhirnya Nabi memandang bahwa kota Makkah tidak dapat dijadikan lagi pusat dakwah. Karena itu, Nabi pernah mengunjungi beberapa negeri seperti Thaif, untuk dijadikan sebagai tempat pusat dakwah, namun ternyata tidak bisa, karena penduduk Thaif juga memusuhi Nabi. Oleh karena itu, Nabi memilih kota Madinah (Yastrib) sebagai tempat hijrah kaum Muslimin, dikarenakan beberapa faktor antara lain :
  1. Madinah adalah tempat yang paling dekat dengan Makkah
  2. Sebelum jadi Nabi, Muhammad telah mempunyai hubungan yang baik dengan penduduk madinah karena kakek nabi, Abdul Mutholib, mempunyai istri orangMadinah
  3. Penduduk Madinah sudah dikenal Nabi bahwa mereka memiiki sifat yanglemah lembutan.Nabi Muhammad SAW mempunyai kerabat di madinah yaitu bani Nadjar
  4. Bagi diri Nabi sendiri, hijrah ke Madinah karena perintah Allah SWT.
Pada tahun ke-13 sesudah Nabi Muhammad diutus, 73 orang penduduk Madinah berkunjung ke Makkah untuk mengunjungi Nabi dan meminta beliau agar  pindah ke Madinah. Dikarenakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan penduduk Madinah mudah menerima ajaran Islam diantaranya:
  1. Bangsa arab Yastrtib lebih memahami agama-agama ketuhanan Karena mereka sering mendengar tentang Allah, wahyu, kubur, hisab, berbangkit, surga dan neraka.
  2. Penduduk Yastrib memerlukan seorang pemimpin yang mampu mempersatukan suku-suku yang saling bermusuhan.
Selama dalam perjalanan ke Madinah beliau mengalami banyak gangguan selain diganggu oleh Suraqah yang mengejar beliau sekaligus pembunuh bayaran. Beliaupun sempat singgah ke Kubah dan mendirikan masjid yang dikenal dengan Masjid Kuba, dalam Al-Qur'an disebut dengan Masjid Taqwa. Masjid inilah yang pertama kali dibangun oleh Nabi Muhammad SAW. 

Setelah ada berita bahwa Nabi Muhammad dalam perjalanan menuju kota Madinah maka kaum Muslimin Madinah sudah menunggu kedatangan beliau dengan penuh kerinduan dan penghormatan.  Pada hari Jum'at tahun pertama hijriah bertepatan dengan tanggal 2 Juli 622M, Nabi beserta rombongan Muhajirin lainnya disambut meriah oleh penduduk Madinah sambil melagukan sebuah syair yang terkenal. Pada hari jum'at itu pula Nabi untuk pertama kali mengadakan Shalat  Jum'at bersama kaum Muhajirin dan Anshor. Setelah Nabi menetap di Madinah, barulah Nabi mulai mengatur semua untuk kebaikan dan kepentingan penduduk Madinah serta kepentingan umat Islam. Peristiwa hijrah nabi ke Madinah akhirnya dijadikan sebagai awal perhitungan tahun hijriah

C. Faktor Keberhasilan Dakwah Nabi Muhammad Saw

Bila kita perhatikan dengan seksama, faktor-faktor objektif yang melatarbelakangi keberhasilan dakwah Rasulullah S.a.w. telah banyak dikemukakan oleh para pengamat sosial-keagamaan. Terdapat bukti historis yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa tidak ada variabel yang sangat spesifik yang menjadi penyebab keberhasilan dakwah Rasulullah s.a.w.. Instrumen dan lingkungan sosialnya bahkan tidak cukup kondusif untuk melahirkan perubahan. Tetapi, bila kita cermati faktor subjektifnya, maka kita akan menemukan variabel pengikatnya yang cukup dapat diperhitungkan untuk menciptakan perubahan signifikan. Yang paling utama adalah kepribadian beliau sebagai da’i.

Potret kepribadian beliau dinyatakan oleh Allah sebagai “uswah hasanah” Menyangkut firman-Nya yang menyatakan bahwa beliau (Rasulullah s.aw.) merupakan uswah hasanah, dalam QS Al-Ahzab ayat 21. Sebagai berikut:
Terjemahnya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

Dalam hal ini dapat dipahami bahwa beliau menjadi qudwah shâlihah fî kulli al-umûr (teladan terbaik dalam semua aspek).

Diantara bentuk keprbadian dan Sifat Nabi Muhammad SAW sebagai orator adalah :

1. Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan

Keoratoran rasulullah SAW baik sebagai pendakwah maupun sebagai pemimpin tidak pernah memisahkan antara apa yang beliau ucapankan dengan apa yang beliau perbuat. Artinya apa yang beliau sampaikan terlebih dahulu beliau kerjakan dan sebaliknya. Setiap yang dikatakan dan dikerjakan Nabi adalah dakwah. Jadi pidato Nabi berbeda sekali dengan pidato yang sekarang ini, perbedaan ini dapat dimaklumi karena pengaruh situasi, da kondisi serta keberadaan orang yang menyampaikan, apalagi jika dilihat dari isi dan tujuan pidato yang disampaikan.

Kepribadian yang pertama ini merupakan keharusan bagi Rasulullah SAW, tanpa hal tersebut keberhasilannya sebagai orator sekaligus pendakwah tidak terwujud. Bahkan Allah SWT telah mengancam orang-orang yang hanya pandai beretorika saja tetapi tidak mengamalkannya. Firman Allah dalam QS Asshafat ayat 2-3.

Terjemahnya
“Dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat), Dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran,”
Bila dikaitkan dengan unsur kepribadian maka ciri pertama ini merupakan bagian dari unsur kejiwaan (psikis) dan unsur tingkah laku (sosiologis).

2. Kebenaran isi penyampaiannya

Sebagai azas dasar kebenaran yang disampaikan Rasulullah SAW adalah firman Allah SWT dalam QS.  An-Najmi ayat 2  
Terjemahnya:
Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.

Semenjak dari kecil Rasulullah SAW.terkenal dengan kejujurannya hingga beliau digelari Al-Amin (orang yang terpercaya) yang tak pernah yang tidak pernah berbohong meskipun dalam bentuk bergurau. Setelah beliau diangkat jadi Rasul, Abu Jahal sangat memusuhi beliau, ada pada suatu saat karena yakin dengan Rasulullah SAW bukan seorang pendusta, Ia berkata kepada Rasulllah SAW. “ sesungguhnya kami tidak mendustakan enkau, tetapi kami apa-apa yang engkau bawa.”

Kebenaran isi penyampaian beliau sebagai orator, merupakan suatu keharusan beliau karena ucapannya akan menjadi pegangan bagi umatnya dikemudian hari dengan kebenaran isi penyampaian beliau itu, telah menambah kharisma beliau sebagi pendakwah atau orator, yang selalu membuat orang terdiam mendengarkan apa yang beliau sampaikan.

3. Dakwah Dengan Kelembutan

Kebenaran yang pada asalnya susah untuk diterima oleh jiwa, ketika disampaikan dengan cara yang buruk, cara yang kasar, tentunya justru akan membuat orang semakin lari dari kebenaran. Oleh karena itulah, dakwah pada dasarnya harus disampaikan dengan cara lemah lembut.

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. An-Nahl: 125 sebagai berikut:
Terjemahnya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikma dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Lemah lembut di dalam berdakwah mempunyai banyak sekali faidah. Salah satu di antaranya adalah dapat menyadarkan orang-orang yang telah terjerumus dalam perbuatan dosa dan maksiat. (QS. Al-Fushshilat: 34).

4. Meninggalakan perbuatan dosa dan maksiat

‘wa al-rujza fahjur’ (almudtsir: 5). Dan hendaknya engkau meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat. Rasulallah berhasil dalam berdakwah dan berjuang, karena beliau mampu meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa. Kalau beliau melarang orang lain untuk berzina, maka beliau menjadi pelopor untuk meninggalkan perzinahan. Kalau beliau melarang larang lain untuk korupsi, maka beliau menjadi pelopor untuk meninggalkan korupsi. Kalau beliau melarang orang lain untuk berjudi, maka beliau menjadi pelopor untuk meninggalkan perjudian. Karena beliau konsekuen terhadap apa yang beliau ajarkan, maka beliau menjadi orang yang berhasil dalam dakwahnya.

5. Memiliki kesabaran dalam berdakwah

wa li rabbika fashbir’ (almudatsir: 7). Untuk berhasil dalam berjuang, hendaklah sabar dalam menghadapi berbagai kendala yang akan menghambat perjuangan umat Islam. Rasulallah berhasil dalam berjuang tentu beliau menghadapi musuh-musuh Islam. Bahkan beliau dilempari batu oleh orang-orang tha’if, tetapi beliau sabar dan berdo’a, “ya Allah, tunjukkan kaumku, jangan Engkau siksa, karena mereka orang-orang yang tidak tahu.” Karena kebesaran hati Rasulallah, walaupun beliau disakiti dengan dilampari batu, tetapi beliau tetap bersabar. Bahkan, ketika beliau berhasil menaklukkan kota Makkah, orang-orang kafir Quraisy merasa ketakutan (jangan-jangan Muhammad akan dendam), tetapi Rasulallah mengatakan, ‘al yauma yaum al-marhamah’ (hari ini adalah hari perdamaian, tidak ada dendam di antara kita. Barang siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, mereka adalah orang yang aman. Kalian adalah orang-orang yang bebas).

Dari beberapa sifat dan kepribadian Nabi tersebut, dapatlah kita simpulkan bahwa faktor subjektif yang menyangkut kepribadian beliaulah yang semestinya lebih dicermati. Karena, dalam banyak hal, persyaratan kepribadian inilah yang sering luput dari perhatian kita untuk pelaku dakwah. Sementara, kita lebih banyak mecermati hal-hal teknis dan manajerial yang hingga saat ini masih menjadi pusat perhatian dari lembaga-lembaga dakwah. Kalau kita perhatikan, Rasulullah Saw. berjuang dalam waktu 23 tahun. Setelah beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul pada umur 40 tahun, sampai beliau wafat pada umur 63 tahun, berarti beliau berjuang selama sekitar 23 tahun. Walaupun hanya sebentar, tapi beliau mampu merubah kehidupan masyarakat yang dulunya sangat jahiliyah.

Dalam perjuangan Rasulullah Saw, paling tidak, ada tiga hal yang telah beliau rubah :
  1. Dalam bidang aqidah. Masyarakat Jahiliyah waktu itu menyakini adanya banyak tuhan, atau yang dikenal dengan musyrik (politeisme). Kemudian, berkat perjuangan Rasulullah Saw., mereka mentauhidkan Allah atau mengimani adanya Allah, Dzat Yang Maha Esa.
  2. Dalam bidang hukum. Kalau waktu itu, mereka sama-sekali tidak mengenal hukum, yang kuat menindas yang lemah, maka berkat perjuangan Rasulullah Saw, mereka menjadi masyarakat yang taat dan patuh kepada hukum.
  3. Dalam bidang akhlak atau moral. Masyarakat pada saat itu adalah masyarakat yang biadab, masyarakat yang sama-sekali tidak menghormati kaum dhu’afa, tetapi berkat perjuangan Rasulullah Saw, mereka menjadi orang-orang yang berakhlak. Dengan demikian, perubahan yang dilakukan oleh Rasulullah ini sangat signifikan dan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia sampai saat ini. Bahkan, beliau juga berhasil mendirikan suatu negara Madinah yang kelak kemudian hari menjadi satu kekuatan politik yang luar biasa.