Peradaban Islam di Afrika Utara bermula ketika terjadi penaklukan bangsa Arab pada abad ketujuh dan kedelapan yang sezaman dengan masa kekhalifahan Abbasiyah.
Peradaban Islam di Afrika Utara terbentuk dari integrasi bangsa Arab dengan masyarakat Barbar dan daerah sekitar Laut Tengah. Barbar yang dikenal dengan nama Masmudah, Sanhaja, dan Zenata, merupakan rakyat majemuk dengan pola hidup berpindah-pindah dari satu wilayah ke wilayah yang lain dengan dari kalangan pengembala dan petani. Meskipun mereka memiliki kesamaan budaya, akan tetapi mereka tidak membangun sebuah negara yang mereka atur sendiri

Sejarah Dinasti Idrisiyah

Salah satu kekuasaan yang terbentuk di Maroko pada Tahun 786 M adalah dinasti Indrisiyah yang berpusat di daerah Utara Maroko sekaligus menjadi kerajaan islam pertama di Maroko. Dinasti Idrisiyah didirikan oleh Idris ibnu Abdullah yang merupakan keturunan Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib yang mengamankan diri dari cengkraman Arab ketika gagal dalam melakukan pemberontakan Syi’I pada tahun 786 M. sesudah gagalnya pemberontakan Syi’i dalam tahun 786 M. Idris ibnu Abdullah melarikan diri ke Mesir kemudian ke Maroko.
Maroko merupakan daerah yang pernah mengguncang kekuasaan khalifah sekitar 50 Tahun sebelum kedatangan Idris ibnu Abdullah. Idris disambut hangat oleh penduduk Maroko dari suku Barbar yang baru masuk Islam. Suku Barbar tertarik dengan garis keturunan Idris yang merupakan keturunan Nabi Muhammad saw sehingga beliau diangkat menjadi pemimpin suku. 
Idris ibnu Abdullah berhasil menyatukan suku-suku Barbar di wilayah tersebut dalam satu kesatuan yang kemudian menjadi awal terbentuknya dinasti Idrisiyah. Dinasti Idrisiyah didirikan di wilayah bekas Romawi Kuno dan berkuasa selama hampir dua abad yaitu Tahun 789-974 M. 

a. Kemajuan Dinasti Idrisiyah

Kekuasaan Idris ibnu Abdullah atau Idris I berjalan singkat, kesuksesannya sebagai penguasa di Maroko terlihat pada pasukan yang kuat dan juga perluasan daerah kekuasaan ke wilayah lain.  Hal tersebut menjadikan Harun Al-Rasyid sebagai penguasa Abbasiyah di Bagdad khawatir sehingga mengutus seseorang yaitu Sulaiman Ibnu Jabir menyusup ke Maroko untuk meracuni Idris ibnu Abdullah. Setelah Idris berhasil dibunuh, Harun al-Rasyid bersama suku Barbar mengangkat putra mahkota yang masih sangat muda yaitu Idris ibn Idris atau dikenal sebagai Idris II pada tahun 804-828 M.
Idris II merupakan pendiri negara Maroko modern secara nyata. Meskipun ayahnya sebagai penakluk dan penyebar Islam secara umum kepada suku pemeluk agama Kristen, Yahudi, dan agama Pribumi Idris II menekankan karakter Arab-Islam Maroko dalam upaya melepaskan diri dari Aurabah, dengan mengundang prajurit dan pemimpin Arab di Spanyol ke istananya. 
Pada Tahun 809 H, Idris II mencapai prestasi yang dapat dianggap sebagai pencapaian terpenting dalam kekuasaannya yaitu kembali mendirikan kota Fez yang awalnya didirikan oleh ayahnya pada 789 M. Oleh Idris I, Fez masih merupakan kota pasar Barbar.  Kemudian Idris II bertekad menegakkan otoritasnya yang tidak bergantung pada Aurabah dan menjadikan Fez sebagai ibu kota negaranya.
Selain itu, Idris II juga berhasil dibidang polik yaitu sukses mengkonsolidasikan sebagian besar wilayah Maroko utara di bawah kekuasaannya. Untuk menstabilkan pemerintahan, Idris II mengatur pusat pemerintahan. Pembangunan masjid Fathimah yang merupakan awal pembangunan masjid dan universitas Qairuwan. Idris II juga mampu menjadikan Fez sebagai pusat keagamaan dan kebudayaan msyarakat Maroko.
Kestabilan sosial politik dinasti Idrisiyah hanya berlangsung selama dua generasi. Setelah kekuasaan Idris II berakhir, kondisi pemerintahan berubah karena kesalahan kebijakan politik yang ditempuh oleh generasi penerusnya.

b. Kemunduran Dinasti Idrisiyah

Kemunduran dinasti Idrisiyah berawal pada masa pemerintahan Muhammad II yang merupakan putra Idris II pada Tahun828-836 M. Muhammad II membagi wilayah kekuasaannya kepada masing-masing saudaranya yang berjumlah delapan orang. Keputusan yang diambil oleh Muhammad II menyimpang dari kebijakan politik para penguasa sebelumnya. 
Dengan terpecahnya wilayah Idrisiyah, maka control pemerintahan terpusat seperti yang dilakukan pemerintahan sebelumnya juga melemah dan terpecah, sehingga dalam perkembangannya terjadi perebutan kekuasaan dari masing-masing kelompok. 
Pada masa Yahya IV pada Tahun 905-923 M, wilayah yang awalnya terpecah kembali dikuasai dan disatukan. Meskipun demikian, kondisi tersebut hanya bersifat sementara, karena sejak itu, Bani Idris terlibat persaingan antara Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Fatimiyah dalam memperebutkan wilayah Aprika utara.  
Pada Tahun 921 M, Fez yang merupakan kota penting di Maroko berhasil dikuasai dinasti Fathimiyah. Dinasti Idrisiyah baru dapat menguasai pelosok Maroko menjelang akhir masa pemerintahannya. Akan tetapi, Bani Umayyah yang berkuasa di Spanyol memukul mundur Idrisiyah pada tahun 974 M. 
Pemimpin Idrisiyah pada saat itu adalah Al Hasan ibn Ghanum yang kemudian dibawa ke cordova bersama keluarganya. Meskipun demikian, Khalifah Al-Hakam II sebagai pemimpin Bani Umayyah tetap memperlakukan mereka dengan baik. 
Pada tahun 985 M,  al-Hasan kembali mengumpulkan tentaranya dan berusaha mendirikan kembali kekuasaannya yang telah runtuh, akan tetapi dikalahkan oleh pasukan ekspedisi dari spanyol. Al-Hasan kemudian ditahan dan dibawa ke cordova. Namun dalam perjalan al-Hasan meninggal dan sebagian besar keluarga Idris dan pengikutnya pindah dari spanyol ke Afrika.