Konstruktivisme berasal dari kata konstruk dan isme. Konstruktif berarti membangun, meningkatkan, dan membangun. Sedangkan Isme dalam kamus bahasa Indonesia berarti pengertian atau aliran. Konstruktivisme adalah filosofi pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah hasil konstruksi kita sendiri.
Salah satu teori atau pandangan paling terkenal yang berkaitan dengan teori pembelajaran konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini juga biasa disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar terkait dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan karakteristik tertentu dalam membangun pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensorik motorik, anak-anak berpikir melalui gerakan atau tindakan.
Dari pengertian di atas ditekankan betapa pentingnya keterlibatan aktif anak-anak dalam proses menghubungkan sejumlah gagasan dan konstruksi ilmu melalui lingkungan mereka. Bahkan secara khusus Hudoyo mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu jika belajar didasarkan pada apa yang sudah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari materi baru, pengalaman belajar seseorang di masa lalu akan memengaruhi proses pembelajaran.
Selain penekanan dan tahapan tertentu yang perlu dipertimbangkan dalam teori pembelajaran konstruktivisme, Hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:
Sementara itu, tujuan Teori Pembelajaran Konstruktivisme di kelas adalah:
Ada sejumlah karakteristik proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori pembelajaran konstruktivisme, yaitu:
Dari pandangan Piaget tentang tahapan perkembangan kognitif anak, dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara dan kemampuan anak untuk membangun pengetahuan bervariasi berdasarkan kematangan intelektual anak. Berkaitan dengan anak-anak dan lingkungan belajar mereka dalam pandangan konstruktivisme.
Driver and Bell mengusulkan karakteristik berikut:
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah kegiatan yang terjadi secara interaktif antara faktor internal dalam diri siswa dengan faktor eksternal atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan perilaku. Berbeda dengan konstruktivisme kognitif Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa pembelajaran untuk anak-anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik. Penemuan atau penemuan dalam pembelajaran lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial-budaya seseorang.
Dalam penjelasan lain, Tanjung mengatakan bahwa inti dari konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan eksternal yang menekankan lingkungan sosial dalam pembelajaran.
Berdasarkan karakteristik pembelajaran konstruktivisme di atas, berikut ini dijelaskan tentang aplikasi di kelas.
Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Teori Pembelajaran Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu yang bermakna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan ide baru, yang telah terlewatkan dalam hidup kita sejauh ini adalah pengumpulan dan pengalaman pelatihan untuk pengalaman. Ini menyebabkan seseorang memiliki pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.Baca Juga : Desain PembelajaranPendekatan konstruktivisme memiliki beberapa konsep umum seperti:
- Siswa aktif menumbuhkan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang ada.
- Dalam konteks pembelajaran, siswa harus mengembangkan pengetahuan mereka sendiri.
- Pentingnya secara aktif mengembangkan pengetahuan oleh siswa sendiri melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran terbaru.
- Elemen paling penting dalam teori ini adalah bahwa seseorang secara aktif menumbuhkan ilmunya dengan membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang ada.
- Ketidakseimbangan adalah faktor utama dalam motivasi belajar. Faktor ini berlaku ketika seorang siswa menyadari bahwa idenya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
- Bahan ajar yang diberikan perlu terkait dengan pengalaman siswa untuk menarik minat siswa.
Salah satu teori atau pandangan paling terkenal yang berkaitan dengan teori pembelajaran konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini juga biasa disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar terkait dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan karakteristik tertentu dalam membangun pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensorik motorik, anak-anak berpikir melalui gerakan atau tindakan.
Dari pengertian di atas ditekankan betapa pentingnya keterlibatan aktif anak-anak dalam proses menghubungkan sejumlah gagasan dan konstruksi ilmu melalui lingkungan mereka. Bahkan secara khusus Hudoyo mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu jika belajar didasarkan pada apa yang sudah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari materi baru, pengalaman belajar seseorang di masa lalu akan memengaruhi proses pembelajaran.
Selain penekanan dan tahapan tertentu yang perlu dipertimbangkan dalam teori pembelajaran konstruktivisme, Hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:
- Siswa membangun pengetahuan dengan mengintegrasikan ide-ide yang mereka miliki.
- Belajar menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
- Strategi siswa lebih berharga.
- Siswa memiliki kesempatan untuk berdiskusi dan bertukar pengalaman dan pengetahuan dengan teman-teman mereka.
Sementara itu, tujuan Teori Pembelajaran Konstruktivisme di kelas adalah:
- Ada motivasi bagi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
- Kembangkan kemampuan siswa untuk bertanya dan mencari sendiri.
- Membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman dan pemahaman konsep yang lengkap.
- Kembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir mandiri.
- Lebih menekankan pada proses belajar cara mempelajarinya.
Ada sejumlah karakteristik proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori pembelajaran konstruktivisme, yaitu:
- Menekankan proses pembelajaran, bukan proses pengajaran.
- Mendorong kemandirian dan inisiatif belajar siswa.
- Melihat siswa sebagai pencipta keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
- Berpikir bahwa belajar adalah suatu proses, bukan penekanan pada hasil.
- Dorong siswa untuk menyelidiki.
- Hormati peran pengalaman kritis dalam pembelajaran.
- Dorong perkembangan rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
- Penilaian pembelajaran lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
- Berdasarkan proses pembelajaran pada prinsip toeri kognitif.
- Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti prediksi, informasi, kreasi, dan analisis.
- Tekankan bagaimana siswa belajar.
- Dorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa dan guru lainnya.
- Sangat mendukung pembelajaran kooperatif.
- Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata.
- Tekankan pentingnya konteks siswa dalam pembelajaran.
- Perhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
- Memberikan kesempatan bagi siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru berdasarkan pengalaman nyata
Kelebihan dan Kekurangan Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Salah satu teori atau pandangan paling terkenal yang berkaitan dengan teori pembelajaran konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini juga biasa disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar terkait dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan karakteristik tertentu dalam membangun pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensorik motorik, anak-anak berpikir melalui gerakan atau tindakan.Baca Juga: Model Pembelajaran AktifPiaget lebih lanjut berpendapat bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, tetapi melalui tindakan. Faktanya, perkembangan kognitif anak-anak tergantung pada seberapa jauh mereka secara aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan mereka.
Dari pandangan Piaget tentang tahapan perkembangan kognitif anak, dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara dan kemampuan anak untuk membangun pengetahuan bervariasi berdasarkan kematangan intelektual anak. Berkaitan dengan anak-anak dan lingkungan belajar mereka dalam pandangan konstruktivisme.
Driver and Bell mengusulkan karakteristik berikut:
- Siswa tidak dilihat sebagai orang yang pasif tetapi memiliki tujuan.
- Belajarlah untuk mempertimbangkan sebanyak mungkin proses keterlibatan siswa.
- Pengetahuan bukanlah sesuatu yang datang dari luar tetapi dibangun secara pribadi.
- Belajar bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas
- Kurikulum tidak hanya dipelajari, tetapi satu set pembelajaran, bahan, dan sumber daya.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah kegiatan yang terjadi secara interaktif antara faktor internal dalam diri siswa dengan faktor eksternal atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan perilaku. Berbeda dengan konstruktivisme kognitif Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa pembelajaran untuk anak-anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik. Penemuan atau penemuan dalam pembelajaran lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial-budaya seseorang.
Dalam penjelasan lain, Tanjung mengatakan bahwa inti dari konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan eksternal yang menekankan lingkungan sosial dalam pembelajaran.
Kelebihan Pembelajaran Konstruktivisme
Kelebihan Pembelajaran Konstruktivisme, yaitu:- Berpikir dalam proses alami membina pengetahuan baru, siswa berpikir untuk menyelesaikan masalah, mengejar ide dan membuat keputusan.
- Pemahaman Karena siswa terlibat langsung dalam mengembangkan pengetahuan baru, mereka akan lebih memahami dan dapat menerapkannya dalam semua situasi.
- Kemampuan Ingatan karena siswa terlibat aktif, mereka akan mengingat semua konsep lebih lama. Siswa Yakin melalui pendekatan ini menumbuhkan pemahaman mereka sendiri. Jadi mereka lebih percaya diri dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
- Keterampilan sosial Keterampilan sosial diperoleh saat berinteraksi dengan kolega dan guru dalam mengembangkan pengetahuan baru.
- Siswa aktif Karena mereka terus terlibat, mereka memahami, mengingat, percaya, dan berinteraksi dengan cara yang sehat, sehingga mereka menjadi pembelajaran yang tidak masuk akal untuk menumbuhkan pengetahuan baru.
Kekurangan Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Kekurangan pembelajaran konstruktivisme yang mungkin kita saksikan dalam proses pembelajaran, yaitu:- Guru sebagai pendidik tampaknya tidak terlalu mendukung.
- Siswa membuat pengetahuan dengan ide masing-masing, oleh karena itu pendapat siswa berbeda dari pendapat para ahli.
- Teori ini mengajarkan bahwa siswa membangun pengetahuan mereka sendiri
- Membutuhkan waktu lama. Terutama bagi siswa yang malas
- Kondisi di setiap sekolah juga memengaruhi aktivitas siswa dalam membangun pengetahuan dan aktivitas siswa baru
Implikasi Teori Pembelajaran Konstruktivisme di Kelas
Implikasi dari teori pembelajaran konstruktivisme dalam pendidikan anak-anak adalah sebagai berikut:- Tujuan pendidikan menurut teori pembelajaran konstruktivisme adalah untuk menghasilkan individu atau anak-anak yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
- Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dibangun oleh siswa. Selain itu, latihan pemecahan masalah sering dilakukan melalui pembelajaran kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari
- Siswa diharapkan untuk selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang cocok untuk diri mereka sendiri. Guru hanya berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang menciptakan situasi yang kondusif bagi pengembangan pengetahuan pada siswa itu sendiri.
Baca Juga : Komponen Pembelajaran
Berdasarkan karakteristik pembelajaran konstruktivisme di atas, berikut ini dijelaskan tentang aplikasi di kelas.
- Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar. Dengan menghormati ide atau pemikiran siswa dan mendorong siswa untuk berpikir secara mandiri, itu berarti bahwa guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Siswa yang merumuskan pertanyaan dan kemudian menganalisis dan menjawabnya telah mengembangkan tanggung jawab untuk proses belajar mereka sendiri dan menjadi pemecah masalah.
- Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberi siswa waktu untuk merespons. Pemikiran reflektif membutuhkan waktu yang memadai dan seringkali didasarkan pada ide dan komentar orang lain. Cara guru mengajukan pertanyaan dan bagaimana siswa merespons atau menjawab akan mendorong siswa untuk dapat membangun kesuksesan dalam melakukan penyelidikan.
- Dorong siswa untuk berpikir di tingkat yang lebih tinggi. Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang siswa untuk dapat mencapai hal-hal yang berada di belakang tanggapan faktual sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep melalui analisis, prediksi, pembenaran, dan mempertahankan ide atau pemikiran mereka.
- Siswa terlibat aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya. Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial di ruang kelas intensif sangat membantu siswa untuk dapat mengubah atau memperkuat ide-ide mereka. Jika mereka memiliki kesempatan untuk mengekspresikan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan ide-ide orang lain, maka mereka akan dapat membangun pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pada pemahaman mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman mengekspresikan ide-ide mereka, dialog yang bermakna akan terjadi di kelas.
- Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong diskusi. Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Dengan menerapkan teori pembelajaran konstruktivisme, siswa diberi kesempatan untuk menguji hipotesis mereka, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.
- Guru menyediakan data mentah, sumber utama, dan materi interaktif. Pendekatan pembelajaran konstruktivisme akan melibatkan siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena yang terjadi secara langsung. Selanjutnya guru membantu siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran tentang fenomena alam bersama.